Jumat, 03 Juni 2011

kerajaan Turki Utsmani

Masa-masa kerajaan Turki Utsmani

1. Berdiri
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Qayigh Oghuz salah satu anak suku Turk yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina atau sebelah barat gurun Gobi, dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke 13 M, yang menyerang dunia Islam yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Khawarizm pada tahun 1219-1220. Sulaiman dan anggota sukunya lari kearah barat dan meminta perlindungan kepada Jalaludin, pemimpin terakhir Dinasti Khawarizm di Transonixiana (Maa waraa al-Nahr). Jalaludin menyuruh Sulaiman agar pergi ke arah Barat di dataran tinggi (Asia Kecil).
Kemudian mereka menetap disana dan pindah ke Syam dalam rangka menghindari serangan Mongol. Dalam usahanya pindah ke Syam itu, pemimpin orang-orang Turki mendapat kecelakaan. Mereka hanyut di Sungai Euphrat (Efrat) yang tiba-tiba pasang karena banjir besar, pada tahun 1228 akhirnya mereka terbagi menjadi dua kelompok, yang pertama ingin pulang ke negri asalnya, dan yang kedua meneruskan perjalanannya ke Asia Kecil. Kelompok kedua berjumlah sekitar 400 keluarga yang dipimpin oleh Ertugril (Arthogrol) ibn Sulaiman. Mereka menghambakan dirinya kepada Sultan Alaud-Din II dari Dinasti Saljuk Rum yang pusat pemerintahanya di Kuniya, Anatolia, Asia Kecil. Takalah Dinasti Saljuk berperang melawan Romawi Timur (Bizantium), Erthogrol membantunya sehingga Dinasti Saljuk mengalami kemenangan. Sultan merasa senang dan memberi hadiah kepada Erthogrol wilayah yang dulunya bernama Dorylaeum (distrik Iskishahar dan sekitarnya), sekarang berbatasan dengan Bizantium. Mereka menjadi Sogud sebagai ibukota pemerinyahan yang independen yang berdiri pada tahun 1258. Di sinilah lahir Usman pada tahun 1258, bertepatan dengan waktu hancurnya Baghdad oleh Hulagu Khan.
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudin terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.

2. Berkembang.
Setelah Utsman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluas. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian, pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (726 H/1326 M-761 H/1359 M) Kerajaan Turki Usmani ini dapay menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasanli (1330 M), Uskandar (1338 M0, Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani.
ketika Murad I, pengganti Orkhkan, berkuasa (761 H/1359 M 789 H/1389 M), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukkan perluasan daerah ke Benua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel – yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota kerajaan yang baru - , Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Melihat kemenangan yang diraih Murad I, kerajaan-kerajaan Kristen di Balka dan Eropa Timur menjadi murka. Mereka lalu menyusun kekuatan yang terdiri atas Hongaria, Bulgaria, Serbia, Transsylvania, dan Walacia (Rumania), untuk menggempur Dinasti Usmani. Meskipun Murod I tewas dalam pertempuran tersebut, kemenangan tetap dipihak Dinasti Usmani. Ekpansi berikutnya dilanjutkan oleh puteranya, Bayazid I. pada tahun 1391 , pasukan Bayazid I dapat merebut benteng Philadelphia dan Gramania atau Kirman (Iran). Dengan demikian, Dinasti Usmani secara bertahap tumbuh menjadi kerajaan besar.
Ada lima factor yang menyebabkan kesuksesan Dinasti Usmani dalam perluasan wilayah Islam.
1. Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh ghanimah (harta rampasan perang).
2. Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah serta gaya hidup yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan peyerangan.
3. Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
4. Letak Istambul yang sangat strategis sebagai ibu kota kerajaan juga sangat menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa an Asia.
5. Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Utsmani mengalahkannya.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu di ikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Bidang Kemiliteran dan pemerintahan.
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama, adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Kerajaan Usmani mencapai masa keemasannya itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Factor lain yang mendukung adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan di mana saja.
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi tempur militer Usmani berlangsung tanpa halangan berarti. Setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer yang besar ini dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun, dan merasa sebagai pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi, dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer. Tidak hanya dalam mutasi personel-personel pemimpin, juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer yang baru dan disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Ada lagi prajurit dari tentara kaum feudal yang dikirim kepada pemerintahan pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok milter Thaujih.
Untuk mengatur urusan pemerintahan Negara, di masa Sultan Sulaiman I, disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar al-Qanuni
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya.
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyakmengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf mereka terima dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Usmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bagsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini mmungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang nomad yang hidup didataran Asia Tengah.
Turki Usmani lebih banyak mempokuskan kegiatan dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka kelihatannya tidak begitu menonjol. Karena itulah, di dalam khazanah intelektual Islam tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani.Namun mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti masjid Al-Muhammadi atau Masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu Masjid terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah Masjid yang asalnya gereja Aya Sopia. Hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar-gambar Kristiani yang ada sebelumnya.
Pada masa Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolahan, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, vila, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan di bawah koordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia.
3. Bidang Keagamaan.
Agama adalah tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat di golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat.
Pada masa Turki Usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tareka Maulawi. Kedua tareka ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering disebut Tentara Bektasyi, sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.
Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa cenderung untuk menegakkan satu paham (mazhab) keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Sultan Abd Al-Hamid II, misalnya, begitu fanatik terhadap aliran Asy’ariyah. Ia perlu mempertahankan aliran tersebut dari kritik-kritik aliran lain. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya masa klasik.
4. Kejayaan.
Manuskrip abad ke-16 beralih dari ilustrasi literatur klasik kepada peristawa-peristiwa kontemporer seperti upacara perjamuan duta besar, pengumpulan pajak, dan penaklukan wilayah-wilayah perbatasan di Balkan. Kemenangan raja, deskrip berbagai festival, kegiatan pelantikan, prosesi kerajaan, pewarisan dan berbagai peringatan semuanya menjadi subyek bagi ilustrasi manuskrip. Shabinshabname tahun 1581 mengabarkan situasi festival yang diselenggarakan di Istambul, pertunjukan atletik, parade yang besar, dan beberapa peristiwa keistana lainnya. Shah-name-I-Al-I Osman, buku tentang keluarga raja-raja Usman, pada akhir abad enambelas, ilustrasi kesejarahan, yang mengingatkan pada kemegahan negara Usmani dan penaklukan yang di-capainya,
Pada abad ke 16, angkatan laut Turki Usmani mencapai kejayaannya. Dengan cepat menguasai wilayah di Asia, Afrika, dan Eropa.karna tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersipat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami dari nenek moyang mereka di Asia Tengah. Dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana mentri) yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepali daerah tingkat I. di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-‘alawiyah (bupati).
Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid di sana membuktikan kemajuannya. Sensibilitas Dinasti Usmnai juga tercermin dalam seni arsitektur. Dalam bidang pendidikan, Dinasti Usmani mengantarkan pada pengorganisasian sebuah sistem pendidikan madrasah yang tersebar luas
Pada masa Turki Usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tareka Maulawi. Kedua tareka ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering disebut Tentara Bektasyi, sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.
5. Kemunduran
Setelah Sultan Sulaiman Al-Qonuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qonuni diganti oleh Salim II (1566-1573 M). Di masa pemerintahannya, terjadi pertempura antara armada laut Kerajaan Usmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini, Turki Usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Pada tahun 1575 M tunisia dapat direbut kembali oleh Sultan Murad III, walaupun Sultan Murad III (1574-1595 M) berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa nafsunya.
Namun, kehidupan Sultan yang jelek menyebabkan timbulanyakekacauan dalam negeri. Kekacauan ini makin menjadi-jaid dengan tampilnya Sultan Muhammad III (1595-1603 M), pengganti Murad III, yang membunuh semua saudara laki-lakinya 19 orang dan menenggelamkan janda-janda ayahnya 10 orang demi kepentingan pribadi. Dalam situasi yang kurang baik, Austria berhasil memukul kerajaan Usmani.
Banyak faktor yang menyebabkan Kerajan Usmani itu mengalami kemunduran, di antaranya adalah:
1. Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan Kerajaan Usmani tidak beres
2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Usmnai menguasai wilayah yang amat luas, mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, Yaman di Asia dll. Wilayah yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam, baik dari segi agama, ras, etnis, maupun adat istiadat. Untuk mengatur semuanya diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur. Tanpa didukung oleh administrasi yang baik, Kerajaan Usmani hanya akan menanggung beban yang berat akibat heterogenitas tersebut.
3. Kelemahan para penguasa
Sepeninggalan Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Usmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimipinan. Akibatnya, pemerintahan menjadi kacau.
4. Budaya Pungli
Pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam Kerajaan Usmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Berjangkitnya budaya pungli ini mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
5. Pemberontak tentara jenisari
Kemajuan ekspansi Kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara jenisari. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan terjadi sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian negara merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar termasuk untuk biaya perang.
7. Terjadinya Stagnisi dalam lapangan Ilmu dan Teknologi
Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan illmu dan teknologi, karena haya mengutamakan pengembangan kekuatan kemeliteran.
Demikianlah proses kemundurankerajaan besar Usmani.

0 komentar: